23 Maret 2009

Dilihat secara kasat mata, usia anak kita yang masih belia memang belum siap menghadapi kenyataan untuk menjadi orangtua. Maklumlah, masa remaja adalah masa-masa penuh kelabilan. Berbeda dengan kita yang sudah memakan asam garam kehidupan. Si belia justru baru memulainya, tiba-tiba dihantam dengan kenyataan yang jauh dari rencananya.

Apa reaksi kita ? Marah dan memakinya dengan mengatakan bahwa ia ceroboh, tak bisa berpikir panjang dan sebagainya, hanya akan membuat jiwanya makin terguncang. Justru inilah saat yang tepat untuk menyematkan buah hati kita dalam pelukan. Percayalah, senakal dan se-liar-liarnya anak, ia tetap terjatuh jika ada masalah yang tak bisa ia pecahkan. Ia butuh bimbingan kita sebagai orangtuanya.

Sebagai sandaran batinnya, kita dituntut untuk lebih tegar walau sebenarnya hati kita remuk redam. Ketegaran dari luar akan memberi pengaruh positif pada anak dan ia akan merasa lebih tenang.

Ini dia kuncinya, ketenangan. Tariklah nafas panjang dan usahakan untuk tetap stabil di depan anak kita. Tunggulah sampai ia selesai menangis hingga seluruh emosinya keluar. Jika ia sudah tenang, dekati perlahan dan bisikkan dengan lembut bahwa apapun keadaan anak kita, ia tetaplah anak yang telah kita kandung 9 bulan 10 hari dengan penuh kasih sayang.

Walau kita ingin tahu kronologis peristiwa bagaimana ia bisa hamil, tetapi tahanlah keinginan itu sejenak karena akan memunculkan luka batinnya. Sebaliknya, bilang pada anak kita bahwa semua telah terjadi dan itu harus dihadapi. Kekuatan seorang ibu mampu membuat anak menjadi bangkit.
Usia anak yang masih belia, menempatkannya pada posisi labil yang harusnya bisa dipahami kita sebagai orangtua. Kita pernah melewati masa-masa seumurnya dimana remaja memang butuh ditemani dan dibimbing perlahan. Masa remaja adalah masa penuh pemberontakan dalam hidup sekaligus masa yang penuh coba-coba segala hal, meski ia sudah mengetahui koridor baik dan buruk.

Tak perlu menyalahkannya, juga tak perlu menyalahkan diri kita karena kurang perhatian. Ingat bahwa semua telah terjadi dan kini saatnya bahu membahu bersama anak dan suami untuk menghadapinya.

Pertama-tama, datanglah pada pihak pasangan anak kita alias pacarnya yang telah menghamili. Duduklah dan bicarakan baik-baik, jelaskan kepada orangtuanya bahwa anaknya dan anak kita telah melakukan kegiatan di luar batas sehingga menyebabkan puteri kita hamil. Bila menemui kendala, alias orangtua pacar anak kita tak mau ikut campur bahkan terkesan membela anaknya, segera tinggalkan dan tempuh jalur hukum untuk meminta pertanggung jawaban mereka. pelajari dengan benar jalur hukum tersebut agar anak kita memperoleh keadilan. Jangan sekali-sekali menikahkan puteri kita hanya karena malu menanggung aib. Menikah dengan keterpaksaan dari salah satu pihak justru membuat dirinya jatuh lebih dalam lagi. Tak usah risau memikirkan bayi yang lahir tanpa bapak, asalkan ibunya dan kita sekeluarga merawatnya dengan tulus, persoalan tersebut bisa teratasi dengan sendirinya.

Kedua, datangi pihak sekolah dimana tempat anak kita menuntut ilmu. Katakan terus terang pada guru pembimbing bidang kesiswaan mengenai apa yang terjadi pada anak kita. Kalau perlu, duduklah bersama pihak yang berwenang di sekolah, bagaimana memberi kebijakan pada puteri kita perihal kehamilannya.Jika sekolah memutuskan untuk mengeluarkannya dari sekolah, tak perlu menunggu lebih lama. Jangan biarkan puteri kita menjadi bahan cemoohan teman-temannya. Pendidikan formal bisa ditempuh dengan cara yang lain, misalnya kejar paket agar anak kita tidak ketinggalan.

Ketiga, jangan pernah menyuruhnya untuk menggugurkan kandungan. Sebagai manusia beragama, tak satupun ajaranNya menyuruh kita untuk menghilangkan nyawa yang telah Ia ciptakan. Apalagi kita adalah calon nenek dari bayi yang dikandung puteri kita. Terima kenyataan ini dengan lapang dada dan terus dampingi anak gadis kita melewati masa-masa kehamilannya. Ceritakan pengalaman-pengalaman positif kita selama hamil. Hal ini memberikan stimulus yang baik bagi puteri kita. Lakukan kegiatan-kegiatan yang membuat ia melupakan persoalan hamil di luar nikah.

Keempat, sabar dan terus berdoa. Semua hal yang terjadi pada kita berjalan karena kehendakNya. Serahkan semua pada Sang Pencipta dan biarkan Ia membimbing kita. Jalani hidup dengan sebaik-baiknya dan teruslah berfikir positif bagi kebaikan puteri kita sendiri. Ingatlah bahwa tak ada masalah yang tidak ada jalan keluarnya. */pdc

17 Maret 2009

Cukup banyak informasi keliru seputar seks yang tertanam di benak banyak orang. Hal tersebut terlanjur di yakini dan faktanya tak sedikit orang yang merasa tahu banyak soal seks dan tidak lagi memerlukan edukasi. Jika kamu pernah mendengar salah satu mitos di bawah ini, cobalah tata ulang pandangan kamu soal seks dan ganti dengan yang benar.

1. Lajang memiliki aktifitas seksual lebih banyak ketimbang yang menikah. Tentu saja pasangan yang menikah tetap lebih sering berhubungan seks lho. Sekitar 40 persen pasangan menikah berhubungan intim dua kali seminggu, sedangkan pria lajang sekitar 20-25 persen berhubungan seks.

2. Pria memikirkan seks setiap tujuh menit sekali. 54 persen pria memikirkan seks setiap hari atau beberapa kali seminggu atau sebulan, dan 4 persen lainnya berpikir tentang seks kurang dari sekali sebulan.

3. Pornografi adalah candu. Merupakan pengetahuan bagi seseorang walaupun ada yang beranggapan bahwa pornografi adalah barang haram. Tetapi pornografi bukan zat candu layaknya heroin.

4. Seks di masa haid tidak menimbulkan kehamilan. Perhatikan dengan seksama bahwa sekitar 2 persen wanita memasuki masa subur hanya 4 hari menjelang siklus menstruasinya, dan 17 persen mengalaminya hanya dalam 7 hari. Sperma dapat hidup hingga 5 hari.

5. Seks selama kehamilan akan menyakiti janin. Seks bahkan sangat aman dilakukan selama kehamilan. Faktanya, banyak pasangan tetap dapat menikmati hubungan seksual yang membara. Namun bagi yang pernah mengalami keguguran, hendaknya dikonsultasikan kepada ahli. */pdc

04 Maret 2009

Menjalin hubungan cinta dengan seseorang, berarti menyatukan dua hati menjadi satu tujuan. Adanya perbedaan dalam masing-masing pasangan harus disiasati agar menjadi satu tujuan.

Sehingga dari perbedaan bisa menjadi pemicu pertengkaran. Tetapi sebenarnya pertengkaran bisa membuat anda dan pasangan menjadi semakin dekat. Tentu saja hal itu akan terjadi bila dilakukan tehnik pertengkaran yang sehat dan penuh cinta.

Aksi membungkam mulut saat pasangan sedang marah, mungkin merupakan tindakan yang bodoh. Tidak mengucapkan kata-kata sinis atau yang menyakitkan akan membuat anda mengetahui apa yang dipikirkannya. Cobalah saring atau pilihlah kata-kata yang bisa menyakitkan hati pasangan, lalu simpanlah dalam kertas sebelum anda mulai bicara kepadanya.

Bukalah hati lalu coba cara trial and error agar tercipta bertengkar yang bersih. Beradu argumentasi dengan mengungkapkan dari dua sisi akan lebih baik agar sama-sama bisa mengetahui siapa yang salah.

Jangan pernah bertengkar hanya karena uang, itu akan sia-sia. Karena setelah bertengkar dengan pasangan, uang anda tidak akan bertambah kan? Jadi akan terasa bahagia, apabila anda berdua sama merasakan saat memiliki uang banyak atau tidak, sehingga hal itu tidak menjadi suatu masalah.

Cobalah bertengkar sambil berpegangan tangan agar membuat anda tetap fokus pada rasa cinta dan kelembutan. Hal ini akan membantu anda menyelesaikan masalah apapun dengan cara yang terbaik.

Fokuskan energi pada sifat-sifat baik pasangan yang anda sukai. Dengan begitu kelemahan-kelemahan atau kesalahan-kesalahan akan semakin menjadi kecil dan kecil.

Saat anda berdua marah lalu tertidur, maka peraduan akan menjadi manfaat agar cepat berbaikan kembali. Karena saat tidur, tubuh pasti akan tersentuh pada waktu bergerak atau membalikkan tubuh. So, pertengkaran itu akan menjadi bumbu perekat hubungan kamu berdua kan? /*pdc

Mungkin kamu pernah mendengar atau mengalami kenakalan anak yang diakibatkan salah dalam memilih teman. Anak kamu mungkin berpendapat bahwa temannya biasa-biasa saja dan tidak mengganggu dirinya.

Memang anak yang tidak mau mengikuti aturan atau senang menyakiti perasaan teman lainnya, sering kali di permasalahkan oleh orang tua temannya. Terkadang orang tua langsung melarang atau bahkan mendiamkannya dengan harapan anaknya akan baik-baik saja.

Saat anak duduk di bangku sekolah dasar, mereka sudah mempunyai kesukaan yang pasti dan ingin bermain serta bersahabat dengan semua anak. Dari segi perkembangan, anak akan memilih mana yang sebenarnya temannya. Jika kamu tidak suka karena cara berpakaiannya, prilakunya atau karena latar belakang orang tuanya, sebaiknya diamkan saja.


Dengan begitu emosional dapat berkembang dan memiliki teman yang berbeda-beda dilihat dari lingkungannya. Tapi jika persahabatan tersebut membahayakan anak, maka orang tua harus mencari jalan untuk ikut campur. Hal tersebut dapat kamu lihat dengan memperhatikan prilakunya.
Bila anak tampak tidak bahagia sesudah bermain dengan anak tersebut, maka anda patut mencurigainya. Karena pada umumnya anak akan bersemangat dan gembira sesudah bermain dengan temannya, bukan jadi murung dan sedih.
Anak usia sekolah dasar sering meniru gaya anak lain, tetapi jika kepribadian si kecil mendadak menjadi berubah sebaiknya pelajari apa penyebabnya. Jadi jika anak yang biasanya penurut atau kooperatif mendadak berubah menjadi provokatif, kemungkinan si kecil mendapat pengaruh negatif dari temannya. Jika anak yang biasanya rajin jadi mendadak tidak mau mengerjakan PR atau memperhatikan tugas sekolah, kemungkinan itu disebabkan anak menerapkan sisi negatif dari temannya.
Katakan dengan jujur kalau kamu memang merasa hubungan anak dan temannya itu berbahaya dan jelaskan alasannya. Tapi untuk anak berusia di atas 8-9 tahun, melarangnya berteman bisa menjadi bumerang bagi kamu. Karena mereka memiliki sejumlah kebebasan. Meskipun kamu melarang persahabatan tersebut, mereka mungkin masih duduk bersebelahan di kelasnya.
Siasatilah dengan mengundangnya untuk datang ke rumah, sehingga kamu isa mengatur dan mengawasinya. Buatlah rumah kamu menjadi tempat yang menyenangkan sehingga anak senang main ke rumah kamu.
Tegaskan bahwa di rumah kamu, si teman harus mematuhi aturan-aturan tertentu. Puji mereka jika mematuhi peraturan, sehingga kamu dapat melatih anak mempunyai sisi positif dan dapat mempengaruhi anak lainnya ketimbang si kecil dipengaruhi negatif.
Jika mereka menemui teman baru yang mempunyai minat atau kesenangan yang sama dengannya, pandangan hidup yang sama, maka akan mengalahkan persahabatan lama. Jika diberi pilihan, kebanyakan anak akan memilih untuk tidak meneruskan persahabatan yang merusak. Anak akan merasakan dengan sendirinya, sehingga dia akan memilih teman mana yang lebih menyenangkan untuk bermain dan belajar. */pdc