10 Mei 2008

Perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat terjadi sejak anak baru lahir sampai usia lima tahun, sehingga hampir 50 persen potensi kecerdasan anak sudah terbentuk pada usia empat tahun. Kemudian secara bertahap mencapai 80 persen pada usia delapan tahun.

Kreativitas anak mulai meningkat pada usia tiga tahun dan mencapai puncaknya pada usia empat setengah tahun. Kreativitas anak akan menurun apabila tidak diupayakan perkembangan potensi kecerdasannya. Data-data ini merupakan hasil penelitian ahli perkembangan anak dari Universitas Georgia Amerika Serikat, Dr Keith Osborn.

Pakar psikologi anak Dr Seto Mulyadi yang akrab dipanggil Kak Seto juga pernah menyatakan bahwa usia balita merupakan masa penting bagi perkembangan potensi seseorang, termasuk rasa percaya dirinya.

Perkembangan potensi anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, karena anak akan dengan cepat menirukan dan belajar dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan.

Dengan demikian merupakan kewajiban para orang tua untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, tempat anak tumbuh dengan nyaman, sehingga dapat memancing keluar potensi dirinya, kecerdasan dan percaya diri. Disamping itu orangtua perlu memahami tahap perkembangan anak serta kebutuhan pengembangan potensi kecerdasan dari setiap tahap.

Pada masa-masa penting pertumbuhan tersebut, anak memerlukan asupan makanan bergizi yang cukup, disertai kasih sayang dan perhatian orangtua. Kesemuanya ini berguna untuk akan menunjang pertumbuhan otak dan cara berpikir anak.

Dari hasil penelitian, ternyata kecerdasan anak tidak dapat tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus dirangsang. Misal, untuk mengembangkan kemampuan berbahasa pada seorang anak, misalnya, maka orangtua harus rajin menjalin percakapan dengan sang anak. Saat anak masih bayi, tetaplah mengajaknya berbicara dengan suara yang halus, meski anak belum mengerti.

Menurut pendapat Kak Seto, anak dapat dirangsang untuk mengembangkan daya imajinasinya, dengan mendengarkan dongeng dari ibunya. Misalnya, dari dongeng yang didengar, anak akan membayangkan peri cantik yang baik hati atau kancil yang cerdik. Kemudian secara tidak langsung anak juga dapat diajak untuk melontarkan gagasannya pada satu masalah. Orangtua perlu membiasakan melibatkan anak dalam pengambilan keputusan, khususnya menyangkut kepentingan dirinya sendiri, misalnya menentukan makanan dan pakaian yang disukai, serta mengajak anak untuk mengomentari berbagai peristiwa, akan memacu anak untuk terus berpikir mengembangkan gagasannya.

Sejak usia dini, anak juga sudah dapat diperkenalkan pada kegiatan membaca dan menulis. Misalnya dengan cara membuat tulisan nama benda pada karton dan menempelkan tulisan tersebut pada benda yang dimaksud. Ini dapat merangsang daya ingat anak terhadap benda tersebut sekaligus memperkenalkan anak akan bentuk huruf dan tulisan. Untuk memacu kemampuan dasar matematika, anak dapat diperkenalkan pada konsep matematika secara sederhana, misalnya menghitung jumlah anak tangga, menghitung panjang meja dengan jengkal si anak, mengukur tinggi dan berat badannya sendiri.

Kegiatan dalam mengembangkan potensi kecerdasan anak hendaknya dilakukan dengan cara bermain, sehingga anak merasakan sebagai kreativitas yang menyenangkan. Jangan sampai anak merasa dipaksa harus belajar menulis, membaca, dan belajar berhitung. Orangtua harus dapat menciptakan suasana bermain yang dapat menumbuhkan hasrat ingin tahu yang besar serta kemampuan logika yang baik. Selain itu, anak harus dapat perasaannya dengan bebas, seperti rasa marah, sedih, takut, dan kecewa dalam keadaan wajar. Orangtua harus dapat berperan sebagai teman serta mendengarkannya, bukan justru semakin menyudutkan sang anak.

Peran orangtua yang berkualitas dalam mengembangkan kecerdasan dan perkembangan emosi anak secara bertahap, akan mendorong potensi anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kemampuan kecerdasan yang yang tinggi, pengendalian emosi yang baik, serta kuat mental spiritualnya.

0 Comments:

Post a Comment