18 April 2008

Semoga bisa menjadi renungan…. ..

Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Tasya berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan jalan kridasana.


Baju merah mudanya yg kebesaran melambai lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang plastik hitam berisi daun pandan bercampur beberapa macam kembang sambil sesekali mengayun-ayunkannya, sementara tangan kirinya menggenggam erat tangan bundanya.


Tasya dan bundanya memasuki wilayah pemakaman umum Kridasana, berputar sejenak ke kanan & kemudian duduk di atas seonggok nisan “ Eulis Leusiana binti Subanda, Lahir : 03-03-1943 : Wafat : 29-10-2003 “


“Nak, ini kubur nenekmu mari Kita berdo’a untuk nenekmu” Tasya melihat wajah bundanya, lalu menirukan tangan bundanya yg mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti bundanya. Ia mendengarkan bundanya berdo’a untuk Neneknya…


“Bunda, nenek waktu meninggal umur 60 tahun ya Nda.” Bundanya mengangguk sembari tersenyum, sembari memandang pusara Ibu-nya. “Hmm, berarti nenek sudah meninggal 5 tahun ya Nda…” Kata Tasya berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung.


“Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 5 tahun … “ Tasya memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana . Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut “Muhammad Zaini, Lahir : 19-02-1882 : Wafat : 30-01-1910″


“Hmm.. Kalau yang itu sudah meninggal 98 tahun yang lalu ya Nda ?”, jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi bundanya mengangguk. Tangannya terangkat mengelus kepala anak perempuan satu-satunya.
“Memangnya kenapa, Nak ?” kata sang bunda menatap teduh mata anaknya. “Hmmm, bunda khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa dineraka” kata Tasya sambil meminta persetujuan bundanya. “Iya kan nda ?”


Bundanya tersenyum, “Lalu?” “Iya .. Kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 5 tahun dong Nda di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 5 tahun nenek senang dikubur …. Ya nggak Nda?” mata Tasya berbinar karena bisa menjelaskan kepada bundanya pendapatnya.


Bundanya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas ….. “Iya nak, kamu pintar,” kata bundanya pendek.


Pulang dari pemakaman, bunda Tasya tampak gelisah diatas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya… 5 tahun hingga sekarang… kalau kiamat datang 100 tahun lagi…105 tahun disiksa .. atau bahagia dikubur …. Lalu Ia menunduk … Meneteskan air mata…


Kalau Ia meninggal .. Lalu banyak dosanya …lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti Ia akan disiksa 1000 tahun? Innalillaahi Wa inna ilaihi rooji’un …. Air matanya semakin banyak menetes, sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan, kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur. Lalu setelah dikubur? Bukankah Akan lebih parah lagi? Tahankah? padahal melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi kemarin ia sudah tak tahan?


Ya Allah… Ia semakin menunduk, tangannya terangkat, keatas bahunya naik turun tak teratur…. air matanya semakin membanjiri pipinya.


Allahumma as aluka khusnul khootimah.. berulang Kali di bacanya DOA itu hingga suaranya serak … Dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Tasya.


Dihampirinya Tasya yang tertidur di atas dipan. Di betulkannya selimutnya. Tasya terus tertidur…. tanpa tahu, betapa sang bunda sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya arti sebuah kehidupan… Dan apa yang akan datang di depannya…


“Yaa Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan dihatiku…”

0 Comments:

Post a Comment