21 Januari 2009

Hi Friend, tau nggak kamu bahwasanya lelaki cenderung menangkap sensasi seksual lewat indra penglihatan. Tak heran jika lebih banyak ditemukan lelaki yang keranjingan mengoleksi foto dan gambar porno dibandingkan perempuan.

Seiring perkembangan teknologi internet, maka para pembuat situs porno mengembangkan halaman khusus berisi informasi, cerita, bahkan gambar porno, hingga forum-forum chatting (percakapan) bertema seksual.

Akses internet yang terbuka, memungkinkan siapapun mendatangi situs tersebut. Pernah nggak kamu membayangkan ayah atau remaja laki-laki kamu melakukannya? Mungkin, karena keterbatasan akses internet di dalam rumah, belum banyak istri atau ibu-ibu yang mampu mengungkapkan apakah anggota keluarga laki-laki mereka melakukan hal ini. Namun jika kamu mengalaminya, penjelasan berikut dapat membantu kamu.
Pertama, lelaki yang diketahui kecanduan aktifitas seksual melalui dunia maya (cybersex addict), cenderung melakukan hal ini sebagai kompensasi ketidakpuasan seksual dalam perkawinan.
Kedua, sekedar demi memuaskan fantasi seksual, yang kemudian akan dipraktekkannya ke dalam kehidupan seks sebenarnya. Dengan kata lain, stimulus yang diperlukan laki-laki untuk meningkatkan imajinasi akan hasrat seksual yang tidak tersalurkan.
Ketiga, lelaki cenderung melakukan cybersex sebagai keisengan. Faktor ini memang kerap menjadi pemicu kepada tindakan yang lebih lanjut (mempraktikkannya), pun sebagai pintu seseorang menjadi tahu akan dunia asing tersebut, dan besar kemungkinannya berkembang menjadi hobi negatif.

Sayangnya, hingga kini para pakar relationship belum dapat memberi panduan untuk membedakan antara kegiatan yang sekadar iseng ataupun adiktif.

Entah apapun yang menjadi pemicunya, jangan marah untuk menghadapinya. Kemarahan kamu hanya akan membuat mereka bertindak defensif, berupa penyangkalan dan menjauhi kamu. Sebaliknya kamu disarankan mengajak mereka bicara dari hati ke hati. Kesempatan berbicara terbuka membuat mereka tahu bahwa kamu terganggu sekaligus tidak mendukung tindakan tersebut, dan mereka akan merasa mendapatkan peluang untuk berkomunikasi tentang ‘kebiasaan’ itu.

Walau bagaimanapun, kamu adalah perempuan, yang juga menjadi obyek eksploitasi demikian banyak gambar atau film porno. Jelaskan melalui sudut pandang kamu dengan penjelasan yang ilmiah, daripada menyatakan bahwa hal itu dilarang dan kamu tidak menyetujui perbuatannya tanpa penjelasan yang mampu menggugah kesadaran mereka.

Untuk itu, cari literatur tentang masalah ini sebanyak mungkin. Hingga kini telah diterbitkan beberapa literatur tentang kasus cybersex dan penyelesaiannya. Dua di antara buku yang dapat menjadi rekomendasi adalah Caught In the Net karya Kimberly Young. Serta Addiction & Grace, karya Dr. Gerald May. Kumpulkan informasi dan terapkan saran-saran dari beragam informasi yang telah kamu kumpulkan. Jika perlu ajak mereka untuk memahaminya bersama.

Minta nasehat orang ketiga. Jika kamu telah melakukan langkah pertama dan kedua, namun tidak berhasil, maka tak ada salahnya kamu bertanya pada orang ketiga yang dapat kamu percaya. Kekesalan membuat kita tidak bisa jernih memandang masalah yang kita hadapi. Tak perlu menjadikan gagasan orang ketiga sebagai satu-satunya solusi, namun setidaknya kamu dapat menjadikannya sebagai bahan pertimbangan kala menghadapi mereka. (Nn/*pdc)

0 Comments:

Post a Comment