27 Maret 2008


Jika anda masih ragu memposisikan diri untuk pro atau tidak terhadap aborsi, mungkin pengalaman Silvi Anhar yang pernah menonton film dokumenter tentang proses aborsi, akan membantu anda untuk mengatakan 'tidak' pada aborsi.

Film pun diputar. Diawali dengan cerita tentang praktek aborsi yang dilakukan oleh seorang dokter muda cerdas, di sebuah negara yang amat maju.

Sudah hampir seribu kali, dokter muda ini melakukan praktek aborsi. Lalu si pembawa acara memperkenalkan satu persatu alat-alat kedokteran yang digunakan untuk melakukan aborsi dan menjelaskan fungsi setiap alat aborsi tersebut.

Alat pertama fungsinya untuk membuka mulut vagina, lalu digunakan alat lain untuk menahan pembukaan tersebut. Kemudian, alat untuk mencari posisi janin dimasukkan ke rahim. Ketika janin didapat, maka langsung dihabiskan, dihancurkan.

Namun ada bagian janin yang susah keluar yaitu kepala. Alat seperti penghancur kenari pun dimasukkan lagi kedalam rahim untuk mencari kepala janin tersebut. Setelah ketemu lalu "trek" dalam sekejap, maka hancurlah kepala itu.

Selanjutnya adalah proses penyedotan, yang menggunakan alat seperti penyedot WC.

Setelah itu, selesailah acara peng-aborsian terhadap janin. Pembawa acara tersebut melanjutkan, dengan sebuah pertanyaan. "Apakah kita pernah berpikir, saat akan dibunuh janin itu akan diam saja?"

Untuk membuktikannya, mereka mencoba melihat proses pengaborsian itu melalui USG, yang ditampilkan di layar monitor. Pertama diperlihatkan posisi janin dan diperdengarkan detak jantungnya. Sebelum proses aborsi berlangsung, posisi dan detak jantung janin terlihat normal.

Ketika ada alat yang mulai mencari-cari posisi janin, maka secara reflek janin tersebut mengubah posisinya atau mencoba menghindari alat asing tersebut. Hal tersebut disertai dengan detak jantungnya yang semakin keras. Semakin gencar alat penghancur janin itu mencari-cari janin itu, semakin cepat gerak janin itu untuk menghindar dan semakin cepat detak jantungnya.

Karena keterbatasan ruang rahim, maka akhirnya tertangkaplah tubuh janin tersebut dan hancurlah tubuh kecil tak berdaya tersebut. Seketika itu detak jantung janin pun langsung lenyap. Begitu juga saat alat penghancur kepala masuk, dalam hitungan detik kepala janin tersebut langsung hancur remuk. Setelah itu semuanya terlihat langsung gelap.

Ternyata, mahluk kecil yang bernama janin itu, memiliki rasa takut. Seandainya janin bisa bicara, mungkin akan berteriak minta tolong dan berkata "aku punya hak untuk hidup".

Setelah menyaksikan hal itu, para dokter muda dan perawat yang membantu proses aborsi itu tersadar kalau mereka telah melakukan pembunuhan terencana. Sejak detik itu, sang dokter yang sedang melakukan aborsi, segera menyudahi pekerjaannya.
Dokter dan para perawat yang melihat langsung reaksi janin lewat layar USG, memutuskan untuk tidak pernah lagi melakukan praktek aborsi.

Film dilanjutkan, bercerita tentang akibat melakukan aborsi. Jika proses aborsi tidak bersih, maka akan bisa menimbulkan tumor atau kanker rahim. Bahkan di beberapa kasus, rahim pun ikut terangkat, membuat perempuan semakin menderita.
Film pun selesai. Tapi, sampai saat ini masih terjadi perdebatan di kalangan para ahli medis mengenai usia kandungan yang pantas untuk melakukan proses aborsi, jika memang proses kehamilan tersebut berpotensi membahayakan nyawa calon ibu. Bagaimana dengan anda?

0 Comments:

Post a Comment