27 Maret 2008

Pertengkaran anak-anak adalah hal yang lumrah terjadi bila anda memiliki lebih dari satu orang anak. Ada saja yang jadi bahan pertengkaran, mulai dari berebut mainan, berebut saluran TV, atau saling mencemooh.

Cara orangtua merespon pertengkaran anak akan mempengaruhi cara anak bersikap.
Pertengkaran anak sebaiknya disikapi secara positif. Mereka akan bisa belajar toleransi, tenggang rasa, maupun menghargai orang lain.

Dalam sebuah artikel, Psikolog anak, Seto Mulyadi mengungkapkan bahwa pertengkaran anak adalah proses belajar sosial bagi anak.
Seorang anak akan menjadi terbiasa menghadapi perbedaan pendapat, sehingga saat mereka dewasa dan masuk ke masyarakat, anak sudah punya bekal mengatasinya.

Bersikaplah objektif dalam menyikapinya. Mencari siapa yang salah dan siapa yang benar tidak akan menyelesaikan pertengkaran, bahkan membuat situasi makin buruk. Jika anda tidak terlalu ikut campur, anak-anak akan terbiasa memecahkan masalahnya sendiri.

Selanjutnya, biarkan dan perhatikan. Bila anak-anak yakin tak bakal ada orang yang membantu, biasanya mereka akan mulai melaksanakan negosiasi yang sebenarnya dan menemukan cara berkompromi. Solusi mereka mungkin tak seperti yang dipilihkan orangtua. Tapi, biasanya lebih memuaskan mereka dan akan ditepati secara sukarela. Pendekatan ini memperkenalkan tanggung jawab pada anak. Selain itu, mereka belajar keterampilan mengevaluasi alternatif, menyelesaikan masalah, berunding, dan berkompromi. Anak-anak belajar dari pengalaman mereka dan teknik ini mengajarkan mereka tentang perdamaian dan keadilan.

Jangan memihak. Jika anda membela anak yang lebih kecil dan memarahi kakaknya, maka si adik akan selalu meminta perlindungan dari anda. Sebaliknya, si kakak akan merasa sebagai si pembuat onar.

Jangan jadi wasit. ''Siapa yang duluan?'' Itu pertanyaan yang acap dilontarkan orangtua saat anak-anaknya berkelahi. Itu adalah salah satu penyelesaian terburuk. Sama saja dengan berusaha memutuskan pihak yang bersalah atau harus dipersalahkan.

Latih anak untuk mengutarakan perasaannya. Bila pertengkaran tak kunjung berhenti, ajak anak untuk menceritakan masalah menurut versi masing-masing. Setelah itu ajak mereka untuk mencari solusinya bersama. Berikan pujian jika mereka berhasil memecahkan masalah. Yang penting anak harus dididik untuk mengungkapkan perasaan dengan kata-kata.

Cegah cedera fisik. Pisahkan anak-anak yang berkelahi bila mereka sudah mulai ke arah kekerasan. Pisahkan keduanya pada tempat terpisah. Misalnya, si kakak di satu kursi, si adik di kursi lain di sudut ruangan.
Kalau perlu berilah hukuman. Jika anak sudah saling memukul, segera hentikan, dan suruh untuk saling minta maaf. Jika mereka melakukannya lagi, berikan hukuman seperti tidak boleh nonton film kesukaannya atau tidak boleh bermain di luar bersama teman-temannya

Perlu diingat bahwa penyelesaian pertengkaran sebaiknya dilakukan secara tuntas. Dendam anak yang dibawa hingga dewasa, terjadi akibat orangtua tidak menyelesaikan masalah secara tuntas.

0 Comments:

Post a Comment