25 Februari 2008

BERBAGI

Suatu hari mungkin kita punya setumpuk kabar gembira yang ingin segera diceritakan pada sahabat dan pasangan. Kali lain, segumpal kecewa hadir mengisi hari, dan kitapun, lagi-lagi mencari seseorang , untuk berbagi rasa.

Pada dasarnya, manusia memang membutuhkan kehadiran manusia lain untuk berbagi. berbagi beban, berbagi rasa, berbagi tenaga, berbagi pikiran, berbagi apa-apa yang dimiliki. Sigembira yang berbagi tak akan kehilangan apapun kecuali bertambah bahagia. Si penerima sharing duka, tak akan kerugian apapun kecuali bertambah bijak dan tulus.

Dengan berbagi, muncul keseimbangan juga efisiensi. tak ada jurang membentang antara sipunya dan tak berada. Tak ada waktu terbuang sia-sia karena yang satu bertopang dagu disaat yang lain bekerja keras. bahkan, kemauan berbagi inilah yang akan mengasah jiwa-jiwa menjadi halus rasa, peduli sesama, serta penuh syukur kepada illahi.
Berbagi dengan penuh keikhlasan, dan ketulusan begitu bernilainya disisi Allah. Begitu pula berbagi rasa, pikiran, beban dan segala kepedulian yang bermuara pada cinta dan persaudaraan dapat menjadi indikator keimanan.
Namun, berbagi yang didasari cinta dan sekaligus menjadikan diri peduli pada sesama memang tak mudah dilakukan. kadang seseorang nampak berbagi meski hatinya mencaci. orang lain mungkin saja mengaku peduli meski sesungguhnya tak pernah mau memahami.
Berbagi yang didasari atas cinta dan kepedulian, bahwa segala kebaikan yang kita inginkan terjadi pada diri sendiri kita harapkan juga terjadi pada diri oranglain, akan menoreh kepercayaan, kasih sayang, bahkan ketaatan.
Namun, berbagi yang hanya sekedar permainan kata, himbauan atau unjuk kamera, justru berpeluang memupuk ketidak percayaan, iri hati bahkan pengingkaran.

Jelaslah sudah, untuk meraih segala kepercayaan, segenap cinta dan ketaatan, tunjukkan bahwa empati dan kemauan berbagi ini benar-benar bermuara dari wujud cinta dan rasa peduli. Dalam karya nyata, dalam suka duka, bermula dari diri sendiri.

0 Comments:

Post a Comment