18 Februari 2008

Teladan Abdul Qadir Jaelani

Suatu hari Abdul Qadir Jaelani berangkat mengikuti suatu kafilah yang hendak berangkat menuju baghdad. Ditengah jalan, yaitu disuatu tempat yang bernama Hamdan, kafilah itu diserang sekumpulan penyamun. Para penyamun itu tidak memperdulikan Abdul Qadir, lantaran tampangnya yang seperti orang miskin saja. Tetapi salah seorang dari kawanan penyamun itu menghampirinya dan bertanya kepadanya kalau-kalau ia membawa uang. Abdul Qadir teringat kepada pesan ibunya yang menyuruhnya untuk tidak berbuat bohong. maka berkatalah ia, " ya, aku membawa delapan puluh keping uang mas yang dijahit oleh ibuku didalam bajuku". Penyamun itupun terkejut mendengar keterusterangan Abdul Qadir itu. Mereka heran melihat orang berkata dengan terus terang, tanpa mau berbohong. Dibawalah Abdul Qadir oleh mereka untuk menghadap ketua mereka. Ia ditanya oleh sang ketua seperti ia ditanya oleh penyamun tadi, dan Abdul Qadirpun menjawab seperti sediakala. Ketua penyamun itu menyuruhnya untuk membuka bajunya. Setelah baju itu dibuka, benarlah bahwa didalam baju itu terdapat delapan puluh keping uang mas. Sang ketua pun merasa heran, lantas bertanya kepadanya mengapa ia mau berkata dengan terus terang.
Kemudian Abdul Qadir menceritakan perkaranya dengan ibunya dan pesan ibunya agar tidak berbohong. Selanjutnya ia mengatakan bahwa sekiranya didalam awal perjalanannya untuk menuntut ilmu agama itu telah berkata bohong, maka ada kemungkinan ilmu agama yang dituntutnya itu tidak akan ia dapatkan dengan memuaskan hati.

Setelah mendengar tutur cerita Abdul Qadir itu, sang ketua penyamun itupun menangis mencucurkan airmatanya, lalu rebah dan terduduk dan terus bertobat memohon ampun dari segala dosanya yang telah ia lakukan. selanjutnya diceritakan bahwa ketua penyamun itu adalah muridnya yang pertama.

0 Comments:

Post a Comment