27 Februari 2008

Kenangan bersama ibu

Selamat pagi, nak... bagaimana tidurnya tadi malam, nyenyak ? itulah sapaan yang setiap pagi aku dengar dari mulut ibuku 25 tahun yang lalu. Setiap pagi beliau selalu membangunkan aku untuk mandi, sarapan pagi lalu berangkat ke sekolah. walaupun ibuku berprofesi sebagai seorang guru dimana setiap hari, pagi-pagi sekali beliau harus sudah berangkat ke sekolah tempatnya biasa mengajar, tapi beliau tidak pernah absen menyiapkan sarapan pagi untuk kakakku, aku dan adik-adikku.
Tidak pernah aku mendengar ibu mengeluh capek atau merasa repot atau keberatan dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru dan sebagai ibu. Setiap berada disamping beliau hati kami merasa tenang, nyaman dan bahagia. beliau sosok ibu yang sabar, walaupun memiliki anak yang banyak, dimana seluruh kebutuhan ekonomi bertumpu pada dirinya sendiri, karena bapakku hanya seorang wiraswasta, yang memiliki penghasilan tidak tetap, tidak pernah aku mendengar beliau mengeluh tentang penghasilan yang kecil, tidak pernah beliau mengeluh kurang, ini tidak punya, itu belum ada, beliau benar-benar sosok yang sangat aku kagumi, yaitu sifat beliau yang selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah kepadanya, baik itu dalam hal rezeki, kesehatan, dan anak-anak yang dititipkan kepadanya. sedangkan aku, di usiaku yang 32 tahun dan telah memiliki keluarga, untuk menghidupi anak yang hanya 3 orang saja kadang masih mengeluh kuranglah, tidak punya inilah, belum beli itulah, padahal dari segi pemasukan jelas jauh banget dengan ibuku, sedangkan ibuku dulu memiliki 7 anak !!! duhhh... benar-benar salut banget aku dengan ibuku. Kalo untuk urusan ibadah, hmm... beliau benar-benar menakjubkan, sholat malam tidak pernah tinggal, puasa apalagi, dalam urusan dunia beliau tidak terlalu fokus, kecuali untuk urusan akhirat. beliau sering menasehatkan aku supaya jangan terlalu hanyut dalam kehidupan dunia, karena itu hanya tipuan mata dan sifatnya sementara.

Ibuku mengatakan padaku, Ambilah dari kehidupan dunia ini secukupnya untuk kebutuhan hidup kamu, jangan sampai mengorbankan kehidupan akhiratmu. karena kita pasti kembalinya kesana, membawa amal perbuatan yang kita lakukan selama hidup didunia, bukannya harta yang akan menyelamatkan kita nanti, tapi amal ibadah kitalah kelak yang akan menolong kita dikehidupan sana. Hal ini benar-benar saya tanamkan dalam hati saya, bahwa semua yang dikatakan ibuku memang benar adanya, karena kalo cuma ingin mengikuti hawa nafsu, pastilah harta sebesar gunung tidak akan pernah cukup bagi kita.

Kita akan merasa kurang, kurang dan kurang. Banyak pengalaman yang bisa kita lihat dari kehidupan sehari-hari dimana banyak orang yang berbuat baik, tetapi dalam hatinya sesungguhnya merencanakan sesuatu yang jahat, seperti mengambil harta yang bukan haknya, menghalalkan segala cara hanya demi memuaskan hawa nafsunya, mereka seperti sudah lupa akan dosa, lupa akan kematian yang kapan saja siap menjemput mereka, padahal mereka belum sempat bertobat.

Ibuku juga sering mengingatkan aku agar dalam hubungan sesama manusia kita tidak boleh memiliki sifat pendendam, pembohong, dengki, iri hati dan sombong. karena semua sifat itu akan membuat hidup kita sengsara. jika orang berbuat zalim pada kita, balaslah dengan kebaikan, kata ibuku kemudian doakanlah orang itu agar hatinya terbuka dan menyadari kesalahannya. jika orang itu tidak juga menyadari kesalahannya, serahkan semua kepada allah, karena bisa saja itu ujian kesabaran bagi kita.

Sekarang ibuku sudah tiada, setelah mengalami koma selama tiga minggu karena sakit sirosis hati yang dideritanya beliau menyerah, dan akhirnya berpulang kepada sang khalik pada tahun 2003 di usia 60 tahun, dimana saat itu beliau baru 6 bulan memasuki masa pensiun, hal ini seolah menunjukkan kepada kami anak-anaknya, bahwa ibuku benar-benar ingin hidupnya berguna bagi manusia lain, dia ingin umur yang diberikan allah kepadanya memberikan berkah bagi dirinya, dan ilmu yang dimilikinya berguna bagi murid-murid yang diajarnya selama ia menjadi guru. Tugasnya sebagai khalifah didunia selesai sudah, kini kami anak-anaknya hanya bisa berdoa kepada Allah bagi almarhumah ibu, semoga Allah mengampuni segala dosa-dosa beliau selama hidup, menerima segala amal ibadah yang telah dilakukan dan memberikan tempat yang layak disisi Allah di surga. Amin.....

Allahumma firghli waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayani saghira
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan dosa kedua orangtuaku, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kami sewaktu kami kecil...... Amiennnn

0 Comments:

Post a Comment