22 Desember 2008

Kisah Burung Gagak

Pada suatu sore seorang Ibu bersama anak mudanya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka.

Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pohon berhampiran.
Sang Ibu lalu menunjuk jari ke arah gagak sambil bertanya, "Nak, apakah nama benda itu?"

"Oh, itu burung gagak", jawab si anak.

Sang Ibu mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka Ibunya kurang mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan sedikit kuat, "Itu burung gagak, Bu!"

Tetapi sejurus kemudian sang Ibu bertanya lagi pertanyaan yang sama.

Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat, "BURUNG GAGAK....!!"
Sang Ibu terdiam seketika.

Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang Ibu mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal kepada sang Ibu, "Itu namanya burung gagak, Ibu."

Tetapi agak mengejutkan si anak, karena sang Ibu sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah. "Ibu....!!! Saya tak tahu Ibu paham atau tidak. Tapi sudah 5 kali Ibu bertanya soal hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ibu mau saya katakan???? Itu namanya burung gagak, bu-rung ga-gak, Ibu.....!!!", kata si anak dengan nada yang begitu marah.

Sang Ibu lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan. Sesaat kemudian sang Ibu keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya.

Diperlihatkannya sebuah diary lama. "Coba kau baca apa yang pernah Ibu tulis di dalam diary ini," pinta sang Ibu. Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut.

"Hari ini aku di halaman bersama anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, "Ibu, apa itu?" Dan aku menjawab, "Burung gagak." Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi cinta dan sayangnya aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga."

Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah sang Ibu yang kelihatan sayu. Sang Ibu dengan perlahan bersuara, "Hari ini Ibu baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak lima kali, dan kau telah hilang sabar serta marah."


Pesan yang dapat diambil dari kisah ini adalah :


" Jagalah hati dan perasaan kedua orang tuamu, hormatilah mereka, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangimu di waktu kamu kecil."

" Selamat Hari Ibu "

0 Comments:

Post a Comment