26 Desember 2008

Cerita ini berdasarkan pengalaman saya sewaktu pergi ke acara pernikahan salah satu teman. Disana sudah banyak tamu yang hadir dan sebagian besar adalah ibu-ibu yang membawa serta anak balita mereka ke acara tersebut. Selama mengikuti acara, beberapa ibu2 duduk diluar sambil memangku anaknya sambil ngobrol dan tertawa cekikikan bersama ibu2 lainnya.

Nggak terasa hari sudah semakin siang dan acara masih belum juga selesai, si ibu masih tetap asyik ngobrol, tapi nggak demikian dengan sang anak. Mungkin karena sudah merasa capek dan mengantuk, seorang bocah lelaki berusia sekitar 3 tahun, mulai merengek dengan sang ibu minta segera pulang. Mungkin karena acara belum selesai dan juga masih asyik ngobrol dengan temannya, sang ibu bukan membujuk anaknya, tetapi malah memarahi si anak sambil berkata dengan nada membentak menyuruh si anak agar diam. Demi melihat reaksi sang ibu seperti itu si anak bukannya diam, tetapi makin bertambah keras tangisannya, sehingga terdengar oleh semua tamu undangan yang ada di dalam rumah.

Selanjutnya sang ibu yang mulai kelihatan tidak sabar dengan tingkah anaknya, lantas mencubiti anaknya dengan maksud agar si anak diam, duhhh....!!! terang aja tangisan si anak tambah menjadi2. Melihat hal ini sang ibu tiba2 langsung mengambil sesuatu dari dalam tasnya yaitu sepotong handuk kecil lalu membekap mulut si anak dengan maksud supaya suara tangisan si anak dapat diredam sehingga tidak mengganggu jalannya proses acara. Ujung2nya si anak jadi nggak bisa bernafas dengan leluasa, dan memberontak sambil berteriak2.

Masih diwaktu yang sama, tiba2 ada lagi seorang anak balita perempuan berusia sekitar 4 tahunan yg duduk didepan saya menunjukan sikap yang sama dengan bocah yang dibekap oleh ibunya tadi. Anak tersebut mulai rewel karena sudah merasa capek dan bosan. Tapi lagi2, sang ibu yang satu ini pun menunjukkan reaksi yang sama seperti ibu tadi. Anaknya malah dicubiti dan dibentak supaya diam. Sang anak yang mungkin karena sudah merasa mengantuk terus saja menangis sambil membuka kedua tangannya ingin memeluk sang ibu.

Tapi sayangnya friend, saat tangan si anak ingin memeluk sang ibu, bukannya si ibu memeluk si anak, tetapi malah menepis tangan si anak dengan keras sambil berkata dalam bentuk bentakan, "jangan peluk mama, kalo nggak mau diam..!!! ". Sambil menahan tangis, sang anak terus saja maju ingin memeluk ibunya. Lagi2 si ibu menepis sambil setengah mendorong anak sekecil itu untuk menjauh dari dirinya sambil berkata " Diam... !!!, duduk sana jauh-jauh, jangan peluk mama, kalau masih menangis..!!! Ayo diam dulu..!!" jawab ibu itu lagi. Si anak yang telah diperlakukan seperti itu oleh sang ibu, menahan tangisannya sambil menggigit bibirnya kuat2. Seketika hati kecil saya menjerit, " Ya Allah, tuh ibu tega banget sih sama anaknya ????" Nggak terasa air mata saya keluar, karena benar2 gak tega banget melihat raut wajah polos si anak yang terluka dan sedih, mendengar isak tangis yang tersendat2 dan setengah ditahan karena rasa takut , mana sang ibu terus mengacuhkan anaknya. Duuuuhh.......!!!

Dari kejadian diatas, dapat kita lihat bahwa, seburuk apapun dan sekasar apapun perlakuan sang ibu terhadap anaknya yang masih balita itu, tidak membuat sang anak lantas membenci dan menjauh dari ibunya, seperti contoh tadi, meski terus dibentak, dicubit dan ditolak oleh ibunya, si anak tetap aja ingin memeluk ibunya. Karena yang dia tahu bahwa sosok ibu adalah tempat ia bernaung, tempat ia berlindung, tempat ia mendapatkan kasih sayang, serta tempat ia mendapatkan rasa aman dan nyaman. Hanya saja yang sangat disayangkan adalah sikap sang ibu yang begitu tidak sabar dan tidak bijak sehingga tega berbuat kasar terhadap anaknya sendiri. Padahal Allah telah menjadikan wanita itu sebagai sosok yang memiliki sifat lembut dan penyayang sehingga sang anak bisa merasa tenang, aman dan damai didalam asuhan ibunya.

0 Comments:

Post a Comment